Ulama, Santri dan Umat Muslim Sebagai Pahlawan Nasional dan Pejuang Kemerdekaan
9 min read
Kemerdekaan indonesia setiap tahun selalu diperingati dengan khidmat dan meriah. Saat kemerdekaan inilah perhatian masyarakat selalu tertuju pada pahlawan bangsa yang telah memperjuangkan kemerdekaan. Sejarah menjadi saksi penting bahwa kemerdekaan diraih tak lepas dari perjuangan para ulama dan santri yang sangat luar biasa. Salah satu contohnya, peran vital KH Hasyim Asyari serta para ulama lainnya dan santri dalam pertempuran 10 November di Surabaya.
Tetapi uniknya sejarah perjuangan Indonesia tak mencatat perjuangan ulama dan santri dengan baik. Banyak perjuangan tokoh-tokoh Islam yang tak dituliskan dalam buku sejarah. Bahkan Sejarawan Senior, Ahmad Mansur Suryanegara mengatakan, sejarah umat Islam dalam perjuangan kemerdekaan masih dikaburkan. “Peran ulama dalam membela bangsa dan negara secara perlahan malah dikesampingkan,” katanya dalam Rapat Pleno ke-42 Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang bertajuk ‘Peran Umat Islam yang Terlupakan dalam Pembentukan Negara RI’, di Gedung MUI, Jakarta Pusat, Rabu (28/8/2019). Menurutnya, banyak catatan sejarah yang menulis kontribusi ulama dan santri yang tidak tercatat dan terpublikasikan secara benar. Ini cukup menyedihkan.”Sejatinya penulisan sejarah itu akan ditentukan siapa yang memimpin negeri ini,” kata Mansur.
Dalam sebuah tulisan yang berjudul ‘Pemberontakan Kartosoewiryo di Jawa Barat, Daud Beureuh di Aceh atau Kahar Muzakar di Sulawesi’, di sini tokoh Islam hanya diceritakan sebagai pemberontak, tanpa dijelaskan sebelumnya bahwa mereka juga punya andil besar dalam perang kemerdekaan. Mansur juga mengkritik pemberian gelar pahlawan bagi seseorang yang masih dipertanyakan perjuangannya. Sedangkan para ulama terdahulu dianggap seperti pengkhianat dan pemberontak pada zaman itu. “Contohnya HOS Tjokroamintoto, orangnya luar biasa, dan kalau bicara semuanya meresap dalam pikiran pendengarnya. Salah satu muridnya itu Buya Hamka yang Islam-nya binaan Tjokroaminoto,” katanya.
HOS Tjokroaminoto sebagai tokoh Syarikat Islam adalah tokoh yang pertama kali mengumandangkan akan nasionalisme atau semangat kebangsaan yang dilandasi cinta negara dan juga cinta agama. Jadi seolah-olah orang Islam tidak boleh nasionalis,” ujarnya. Selain itu, Mansur pun mengimbau agar masyarakat, terutama muslim memperbanyak bacaan tentang sejarah perjuangan Islam di Indonesia dengan sumber yang akurat dan juga terpercaya. “Jangan sampai kita orang Islam tidak tahu dengan sejarah kita sendiri,” pungkasnya.
Nama | Lahir | Wafat | Keterangan | ||
---|---|---|---|---|---|
Abdul Halim | 1911 | 1988 | Aktivis kemerdekaan dan politisi, Perdana Menteri Indonesia | ||
Abdul Halim Majalengka | 1887 | 1962 | Aktivis kemerdekaan dan Ulama, Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia | ||
Abdul Haris Nasution | 1918 | 2000 | Jenderal Angkatan Darat, dua kali diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat | ||
Abdul Kadir | 1771 | 1875 | Bangsawan dari Melawi, menawarkan pengembangan ekonomi, melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda | ||
Abdul Malik Karim Amrullah | 1908 | 1981 | Sarjana Islam dan penulis sekaligus tokoh Muhammadiyah. | ||
Abdul Muis | 1883 | 1959 | Politisi, kemudian penulis | ||
Abdul Rahman Saleh | 1909 | 1947 | Tokoh awal dalam Angkatan Udara, terbunuh ketika membawa keperluan medis karena ditembak oleh Belanda | ||
Abdul Wahab Hasbullah | 1888 | 1971 | Tokoh Islam, salah seorang pendiri Nadhlatul Ulama | ||
Andi Abdullah Bau Massepe | 1918 | 1947 | Bangsawan Bugis, memimpin penyerangan melawan pasukan Belanda selama Revolusi Nasional, seorang putra dari Andi Mappanyukki | ||
Abdurrahman Baswedan | 1908 | 1986 | Nasionalis dan mubaligh yang meyakinkan Mesir untuk mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto | ||
Achmad Subarjo | 1896 | 1978 | Aktivis kemerdekaan dan menteri pemerintahan | ||
Adam Malik | 1917 | 1984 | Jurnalis dan aktivis kemerdekaan, Wakil Presiden Indonesia ketiga | ||
Adnan Kapau Gani | 1905 | 1968 | Aktivis kemerdekaan yang menjadi menteri pemerintahan, menyeludupkan senjata untuk mendukung Revolusi Nasional | ||
Nyi Ageng Serang | 1752 | 1828 | Pemimpin gerilyawan Jawa yang memimpin penyerangan terhadap kolonial Belanda atas beberapa pendudukan | ||
Agus Salim | 1884 | 1954 | Aktivis kemerdekaan, politisi, pemimpin Islam Minang | ||
Ahmad Dahlan | 1868 | 1934 | Pemimpin Islam Jawa, mendirikan Muhammadiyah; suami Siti Walidah | ||
Ahmad Rifa’i | 1786 | 1870 | Pemikir dan penulis Islam yang dikenal karena pernyataan anti-Belandanya | ||
Ahmad Yani | 1922 | 1965 | Pemimpin Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September | ||
Alimin | 1889 | 1964 | Pendukung kemerdekaan, politisi, dan tokoh Partai Komunis Indonesia | ||
Amir Hamzah | 1911 | 1946 | Penyair dan nasionalis | ||
Andi Depu | 1907 | 1985 | Pejuang dan aktivis yang berhasil mempertahankan pengibaran bendera nasional di Mandar pada 1944, padahal dilarang keras | ||
Antasari | 1809 | 1862 | Melakukan penyerangan terhadap pasukan kolonial Belanda dalam Perang Banjar | ||
As’ad Syamsul Arifin | 1897 | 1990 | Ulama, tokoh Nahdlatul Ulama | ||
Bagindo Azizchan | 1910 | 1947 | Wali kota Padang, melawan pasukan Belanda saat Revolusi Nasional | ||
Basuki Rahmat | 1921 | 1969 | Jenderal, saksi dari Supersemar | ||
Teungku Chik di Tiro | 1836 | 1891 | Tokoh Islam Aceh dan pemimpin gerilyawan yang melakukan perlawanan pasukan kolonial Belanda | ||
Cipto Mangunkusumo | 1886 | 1943 | Politisi Jawa, mentor Sukarno | ||
Cokroaminoto | 1883 | 1934 | Politisi, pemimpin Sarekat Islam, mentor Sukarno | ||
Depati Amir | 1805 | 1869 | Pejuang yang mempersatukan suku Melayu dengan Tionghoa untuk melawan Belanda | ||
Dewi Sartika | 1884 | 1947 | Pengajar, mendirikan sekolah untuk perempuan yang pertama di negara tersebut | ||
Cut Nyak Dhien | 1850 | 1908 | Pemimpin gerilyawan Aceh yang melakukan penyerangan terhadap pasukan kolonial belanda; istri Teuku Umar | ||
Diponegoro | 1785 | 1855 | Putra Sultan Yogyakarta, melangsungkan perang lima tahun melawan pasukan kolonial Belanda | ||
Eddy Martadinata | 1921 | 1966 | Laksamana Angkatan Laut dan diplomat, terbunuh dalam kecelakaan helikopter | ||
Fakhruddin | 1890 | 1929 | Pemimpin Islam, menegosiasikan pengamanan pejiarah haji Indonesia; tokoh Muhammadiyah. | ||
Fatmawati | 1923 | 1980 | Pembuat bendera nasional pertama, aktivis sosial, istri Sukarno | ||
Gatot Mangkupraja | 1896 | 1968 | Aktivis kemerdekaan dan politisi, menyarankan pembentukan Pembela Tanah Air | ||
Halim Perdanakusuma | 1922 | 1947 | Tokoh awal dalam Angkatan Udara, terbunuh saat Revolusi Nasional | ||
Hamengkubuwono I | 1717 | 1792 | Sultan Yogyakarta, melakukan perlawanan terhadap VOC, mendirikan Yogyakarta | ||
Hamengkubuwono IX | 1912 | 1988 | Sultan Yogyakarta, aktivis kemerdekaan, pemimpin militer, dan politisi; Wakil Presiden Indonesia kedua | ||
Harun Bin Said | 1947 | 1968 | Mengebom MacDonald House saat konfrontasi Indonesia–Malaysia | ||
Hasan Basri | 1923 | 1984 | Prajurit selama Revolusi Nasional Indonesia, mendukung integrasi Kalimantan di Indonesia | ||
Hasanuddin | 1631 | 1670 | Sultan Gowa, melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda | ||
Hasyim Asy’ari | 1875 | 1947 | Pemimpin Islam, pendiri Nahdlatul Ulama | ||
Hazairin | 1906 | 1975 | Sarjana legal, aktivis kemerdekaan, menteri pemerintahan, dan pengajar | ||
Himayatuddin Muhammad Saidi | Abad ke-18 | 1776 | Sultan Buton | ||
Idham Chalid | 1921 | 2010 | Pemimpin Nahdlatul Ulama, politisi | ||
Ilyas Yakoub | 1903 | 1958 | Aktivis kemerdekaan, politisi, dan anggota pasukan gerilyawan | ||
Tuanku Imam Bonjol | 1772 | 1864 | Tokoh Islam dari Sumatra Barat yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda dalam Perang Padri | ||
Radin Inten II | 1834 | 1856 | Bangsawan dari Lampung, memimpin revolusi penyerangan penjajah Belanda | ||
Iskandar Muda | 1593 | 1636 | Sultan Aceh, memperluas pengaruh negara | ||
Ismail Marzuki | 1914 | 1958 | Komposer yang membuat sejumlah lagu kebangsaan | ||
Iswahyudi | 1918 | 1947 | Tokoh awal dalam Angkatan Udara, terbunuh saat Revolusi Nasional | ||
Iwa Kusumasumantri | 1899 | 1971 | Aktivis kemerdekaan, ahli hukum, dan politisi | ||
Janatin | 1943 | 1968 | Mengebom MacDonald House saat konfrontasi Indonesia–Malaysia | ||
Jatikusumo | 1917 | 1992 | Jenderal Angkatan Darat dan politisi | ||
Andi Jemma | 1935 | 1965 | Aktivis kemerdekaan, memimpin penyerangan melawan pasukan Belanda saar Revolusi Nasional | ||
Juanda Kartawijaya | 1911 | 1963 | Politisi Sunda, Perdana Menteri Indonesia terakhir | ||
Kartini | 1879 | 1904 | Tokoh hak asasi perempuan Jawa | ||
Kasman Singodimedjo | 1904 | 1982 | Jaksa yang merupakan ketua KNIP pertama dan menghapus tujuh kata yang berpotensi memecah umat pada Piagam Jakarta | ||
Katamso Darmokusumo | 1923 | 1965 | Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September | ||
Ki Bagus Hadikusumo | 1890 | 1954 | Tokoh Muhammadiyah, aktivis kemerdekaan, tokoh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia | ||
Ki Hajar Dewantara | 1889 | 1959 | Pengajar dan menteri pemerintahan, mendirikan Taman Siswa, saudara Suryopranoto | ||
Ki Sarmidi Mangunsarkoro | 1904 | 1957 | Pengajar bersama dengan Budi Utomo dan Taman Siswa, menteri pemerintahan | ||
Kusumah Atmaja | 1898 | 1952 | Ketua Kehakiman Mahkamah Agung Pertama | ||
La Maddukelleng | 1700 | 1765 | Bangsawan dari Kesultanan Paser, mengusir pasukan Belanda dari Kerajaan Wajo | ||
Lafran Pane | 1922 | 1991 | Pendiri Himpunan Mahasiswa Islam | ||
Mahmud Badaruddin II | 1767 | 1852 | Sultan Palembang, yang melakukan perlawanan terhadap penjajah Inggris dan Belanda | ||
Sultan Mahmud Riayat Syah | 1760 | 1812 | Sultan Johor-Pahang-Riau-Lingga, yang melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda | ||
Malahayati | 1550 | 1604 | Pejuang dan bangsawan, melawan pasukan Cornelis de Houtman | ||
Mangkunegara I | 1725 | 1795 | Melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda dan antek-anteknya di Jawa Tengah | ||
Andi Mappanyukki | 1885 | 1967 | Bangsawan Bugis, memimpin penyerangan melawan pasukan Belanda pada 1920an dan 30an, ayah dari Andi Abdullah Bau Massepe | ||
Mas Isman | 1924 | 1982 | Pejuang kemerdekaan | ||
Mas Mansur | 1896 | 1946 | Sarjana Islam, pemimpin Muhammadiyah | ||
Masykur | 1904 | 1994 | |||
Mas Tirtodarmo Haryono | 1924 | 1965 | Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September | ||
Maskun Sumadireja | 1907 | 1986 | Aktivis kemerdekaan dan politisi | ||
Cut Nyak Meutia | 1870 | 1910 | Pemimpin gerilyawan Aceh yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda | ||
Mohammad Hatta | 1902 | 1980 | Aktivis kemerdekaan, Wakil Presiden Indonesia Pertama | ||
Mohammad Husni Thamrin | 1894 | 1941 | Politisi dan aktivis kemerdekaan | ||
Mohammad Natsir | 1908 | 1993 | Sarjana Islam dan politisi, Perdana Menteri Indonesia kelima | ||
Teuku Muhammad Hasan | 1906 | 1997 | Aktivis kemerdekaan, gubernur Sumatra pertama | ||
Muhammad Mangundiprojo | 1905 | 1988 | Pejuang kemerdekaan, pemimpin Pertempuran Surabaya | ||
Muhammad Yamin | 1903 | 1962 | Penyair yang menjadi politisi dan aktivis kemerdekaan | ||
Mohammad Yasin | 1920 | 2012 | Bapak Brimob Kepolisian RI | ||
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid | 1898 | 1997 | Ulama pendiri Nahdlatul Wathan | ||
Mustopo | 1913 | 1986 | Pemimpin saat Pertempuran Surabaya, mendirikan Kampus Kedokteran Gigi Dr. Moestopo | ||
Muwardi | 1907 | 1948 | Menangani keamanan saat Proklamasi Kemerdekaan, membangun sebuah rumah saat di Surakarta | ||
Nani Wartabone | 1907 | 1986 | Aktivis kemerdekaan dan politisi, membantu memadamkan pemberontakan Permesta | ||
Nuku Muhammad Amiruddin | 1738 | 1805 | Sultan Tidore, memimpin beberapa pertempuran laut melawan pasukan kolonial Belanda | ||
Noer Alie | 1914 | 1992 | Pemimpin Islam dan pengajar, memimpin prajurit saat Revolusi Nasional | ||
Teuku Nyak Arif | 1899 | 1946 | Politisi Aceh dan pemimpin perlawanan, gubernur Aceh pertama | ||
Opu Daeng Risaju | 1880 | 1964 | Politisi wanita awal, melakukan perlawanan terhadap Belanda saat Revolusi Nasional | ||
Oto Iskandar di Nata | 1897 | 1945 | Politisi dan aktivis kemerdekaan | ||
Pajonga Daeng Ngalie | 1901 | 1958 | Mengkoordinasikan penyerangan di Sulawesi Selatan saat Revolusi Nasional, menawarkan integrasi nasional | ||
Pakubuwono VI | 1807 | 1849 | Susuhunan Surakarta, memberontak melawan pasukan kolonial Belanda | ||
Pakubuwono X | 1866 | 1939 | Susuhunan Surakarta, mendukung berbagai proyek untuk kepentingan Pribumi Indonesia | ||
Pangeran Muhammad Noor | 1901 | 1979 | Menteri Pekerjaan Umum yang mencanangkan proyek Waduk Riam Kanan, Waduk Karangkates, dan proyek pasang-surut di Sumatra dan Kalimantan sebagai lahan penyedia pangan | ||
Raja Ali Haji | 1809 | kr. 1870 | Sejarawan dan penyair dari Riau | ||
Raja Haji Fisabilillah | 1727 | 1784 | Pejuang dari Riau yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda | ||
Rajiman Wediodiningrat | 1879 | 1952 | Ketua Dewan Perwakilan Rakyat pertama | ||
Ranggong Daeng Romo | 1915 | 1947 | Memimpin pasukan dalam dua pertempuran melawan pasukan Belanda saat Revolusi Nasional | ||
Rasuna Said | 1910 | 1965 | Pendukung hak asasi wanita dan nasionalis | ||
Ruhana Kuddus | 1884 | 1972 | Wartawati Indonesia pertama | ||
Saharjo | 1909 | 1963 | Menteri Kehakiman, pelopor pengesahan pembaruan di negara tersebut | ||
Samanhudi | 1878 | 1956 | Pengusaha, mendirikan Sarekat Islam | ||
Sarjito | 1889 | 1970 | |||
Siswondo Parman | 1918 | 1965 | Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September | ||
Siti Hartinah | 1923 | 1996 | Istri presiden Suharto, aktif dalam karya sosial, mendirikan Taman Mini Indonesia Indah | ||
Siti Walidah | 1872 | 1946 | Pendiri Aisyiyah, tokoh Muhammadiyah, istri Ahmad Dahlan, | ||
Sudirman | 1916 | 1950 | Komandan Ketua Tentara Nasional Indonesia pada saat Revolusi Nasional. | ||
Suharso | 1912 | 1971 | Pelopor pengobatan prostesis | ||
Sukarjo Wiryopranoto | 1903 | 1962 | Tokoh kemerdekaan, diplomat, dan politisi | ||
Sukarni | 1916 | 1971 | Tokoh kemerdekaan, diplomat, dan politisi | ||
Sukarno | 1901 | 1970 | Aktivis kemerdekaan yang membacakan Proklamasi Kemerdekaan, Presiden Indonesia pertama | ||
Sultan Agung | 1591 | 1645 | Sultan Mataram, melakukan perlawanan terhadap VOC | ||
Andi Sultan Daeng Radja | 1894 | 1963 | Aktivis kemerdekaan dan politisi | ||
Supeno | 1916 | 1949 | Menteri pemerintahan, terbunuh ketika perlawanan terhadap Belanda saat Revolusi Nasional | ||
Supomo | 1903 | 1958 | Menteri Kehakiman Pertama, membantu penulisan Konstitusi | ||
Suprapto | 1920 | 1965 | Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September | ||
Supriyadi | 1925 | 1945 | Pemimpin pemberontakan melawan pasukan pendudukan Jepang di Blitar | ||
Suroso | 1893 | 1981 | Politisi dan aktivis kemerdekaan | ||
Suryo | 1896 | 1948 | Gubernur Jawa Timur saat Revolusi Nasional | ||
Suryopranoto | 1871 | 1959 | Pengajar dan tokoh hak-hak buruh, saudara Ki Hajar Dewantara | ||
Sutan Syahrir | 1909 | 1966 | Politisi, Perdana Menteri Indonesia pertama | ||
Soetomo | 1888 | 1938 | pengajar Jawa, mendirikan Budi Utomo | ||
Sutomo | 1920 | 1981 | Pemimpin militer yang memimpin perlawanan dalam Pertempuran Surabaya | ||
Sutoyo Siswomiharjo | 1922 | 1965 | Jenderal Angkatan Darat, terbunuh saat Gerakan 30 September | ||
Syafruddin Prawiranegara | 1911 | 1989 | Gubernur Bank Indonesia pertama | ||
Syam’un | 1894 | 1949 | Pejuang yang pernah bergabung dalam PETA dan BKR, serta menentang pemerintahan Hindia Belanda di Banten. Pendiri Pesantren Al-Khairiyah Cilegon, Banten | ||
Syarif Kasim II | 1893 | 1968 | Sultan Siak, menawarkan integrasi kerajaan-kerajaan di Sumatra Timur | ||
Tuanku Tambusai | 1784 | 1882 | Pemimpin Islam dari Riau yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda saat Perang Padri | ||
Tan Malaka | 1884 | 1949 | Politisi dan intelektual asal Minang. Ia menyumbangkan gagasannya dalam beberapa karya, terutama Madilog (Materialistik, Dialog, dan Logika) | ||
Thaha Syaifuddin | 1816 | 1904 | Sultan Jambi, memimpin pasukan revolusi melawan pasukan kolonial Belanda | ||
Tirtayasa | 1631 | 1683 | Gerilyawan dari Banten yang melakukan perlawanan terhadap Belanda | ||
Tirto Adhi Suryo | 1880 | 1918 | Jurnalis, diasingkan karena editorial anti-Belanda buatannya | ||
Teuku Umar | 1854 | 1899 | Pemimpin gerilyawan Aceh yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda; suami Cut Nyak Dhien | ||
Wahid Hasyim | 1914 | 1953 | Pemimpin Nahdlatul Ulama, Menteri Agama Indonesia pertama | ||
Wahidin Sudirohusodo | 1852 | 1917 | Doktor dan pemimpin di Budi Utomo | ||
Yusuf Tajul Khalwati | 1626 | 1699 | Pemimpin Islam, memimpin pemberontakan gerilyawan melawan VOC | ||
Zainal Mustafa | 1907 | 1944 | Pemimpin Islam yang melakukan perlawanan terhadap pasukan pendudukan Jepang | ||
Zainul Arifin | 1909 | 1963 | Politisi dan gerilyawan, terbunuh saat peristiwa percobaan pembunuhan yang ditargetkan kepada Sukarno |